TRUSTED ADVISOR:

Navigating the New Frontier,

Connecting Between
Information Technology and Business Strategy

DATE

6 - 7 Desember 2023

LOCATION

The Stones Hotel - Legian Bali

Trust seringkali ditafsirkan sebagai “keyakinan yang kuat terhadap keandalan, kebenaran, kemampuan, atau kekuatan suatu entitas.” Secara filosofis, trust merupakan sesuatu yang harus diperoleh (to be earned) dan dibagikan dengan hati-hati (to be shared with caution). Hal tersebut krusial karena jika trust rusak maka akan sangat sulit untuk diperbaiki. Untuk memitigasinya, mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan pernah menggunakan frasa “trust, but verify” untuk memastikan bagaimana trust diberikan pada entitas yang benar- benar reliable.

Untuk menjadi trusted advisor, auditor dituntut untuk tidak hanya memanfaatkan pengetahuan tentang governance, risk, and compliance (GRC) tetapi juga critical thinking dalam menghubungkan titik-titik (connect the dots) yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Para professionals di organisasi dan dalam peran apapun pasti memerlukan trusted advisor yang mampu membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan. Trusted advisor harus senantiasa berupaya untuk memberikan nilai tambah (added value) bagi para pemangku kepentingan pada umumnya. Melalui budaya organisasi (corporate culture) yang terbangun secara jelas, terbuka, dan transparan, auditor sebagai trusted advisor akan semakin memiliki kepercayaan yang tinggi dari stakeholders.

Saat ini, budaya organisasi memiliki andil besar dalam memengaruhi perpaduan teknologi dan strategi bisnis. Menurut Gartner CEO and Senior Business Executive Survey tahun 2020, 30% CEO memilih pendekatan yang agresif, sedangkan rata-rata CEO memilih pendekatan optimalisasi. Para eksekutif yang agresif sering memilih jalur transformasi digital yang lebih berani, karena mereka ingin menjadi early adopter. Oleh karenanya, auditor perlu untuk mampu memanfaatkan teknologi baik sebagai business enabler maupun business driver yang menjadi bagian integral dari strategi bisnis. Hal tersebut kemudian perlu diformulasikan ke dalam rencana bisnis (business plan) solid yang mencakup short, medium, dan long term strategic-plan, serta business roadmap yang implementatif.

Namun demikian, perlu dipahami ketika manajemen memanfaatkan teknologi kedalam strategi bisnis, mereka perlu memandang teknologi dari perspektif yang lebih luas yaitu sebagai business enabler. Pada era ini, keberadaan internet telah menjadi hal yang tidak mungkin terelakkan. Dengan kondisi tersebut, konsekuensi logis yang dihadapi organisasi adalah meningkatnya risiko peretasan dunia maya (cyber crime). Peningkatan dan pelatihan keamanan (security), serta perencanaan dan pemulihan bencana (resilience) merupakan strategi bisnis yang krusial untuk dilakukan agar organisasi tetap memiliki eksistensi di masa depan. Semakin maraknya aktivitas daring baik dalam bentuk transaksi finansial maupun transaksi non finansial, juga akan menimbulkan konsekuensi tersendiri bagi organisasi, termasuk terkait data privacy protection terhadap big data yang dimiliki organisasi. Para mitra terpercaya khususnya Auditor internal pun perlu membekali diri (self learning) dengan pengetahuan tentang ancaman yang muncul dan kemampuan untuk menggunakan alat (tools) yang dibutuhkan untuk mendeteksi, menginvestigasi, dan memberikan rekomendasi upaya mitigasi terhadap ancaman dimaksud.

Di era yang semakin volatile seperti saat ini, Manajemen dituntut untuk dapat semakin meningkatkan adopsi atas teknologi dalam strategi bisnis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meraih peluang bisnis baru, serta menyederhanakan (simplify) dan mengintegrasikan (integrating) proses bisnis yang ada. Oleh karenanya, auditor di era modern perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi seperti blockchain bekerja dan bagaimana mengimplementasikannya di dalam organisasi. Auditor juga harus memanfaatkan machine learning, dan data analytics dalam proses audit. Dalam merespon perkembangan teknologi yang sangat cepat, auditor internal dituntut untuk menjadi lebih lincah dan adaptif dalam penggunaan teknologi untuk mengatasi future risk. Penggunaan data analytics, AI, dan sistem GRC harus menjadi fokus pengembangan, sehingga mendorong pelaksanaan continuous audit continuous monitoring (CACM) dengan workflow yang lebih fleksibel dan efisien.

Dalam rangka transformasi peran para eksekutif dan auditor internal dari konservatif menjadi trusted advisor, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menyelenggarakan Seminar Nasional Internal Audit (SNIA) pada tanggal 6-7 Desember 2023 di Bali dengan tema “Trusted advisor: Navigating the New Frontier, Connecting Between Information Technology and Business Strategy”. SNIA 2023 diharapkan dapat menjadi ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman para praktisi khususnya para Komisaris, Direksi dan Auditor Internal BUMN/BUMD/Swasta yang selalu dihadapkan dengan berbagai isu yang sedang berkembang saat ini diharapkan dapat memberikan solusi terbaik bagi organisasi dan korporasi. Untuk ini, YPIA senantiasa menyelenggarakan SNIA sebagai bentuk dedikasi dan komitmen dalam pengembangan profesi audit internal, manajemen risiko, dan tata kelola bagi organisasi dan korporasi di Indonesia dan regional, yang dikaitkan dengan perkembangan dunia bisnis/public masa kini.